Rekayasa Kebutuhan: Tugas 3 – Analisis Requirements MCAS

Pos ini merupakan jawaban dari hasil analisis penyebab atau dugaan kekurangan requirements dari kegagalan sistem oleh MCAS.

Nama : Muchamad Maroqi Abdul Jalil
NRP : 05111940000143
Kelas : Rekayasa Kebutuhan D

Boeing 737 MAX

Boeing merupakan perusahaan penerbangan yang bergerak dalam bidang produksi pesawat terbang. Boeing telah membuat banyak kontribusi pada penerbangan pesawat penumpang sipil sejak 1916. Salah satu seri pesawat Boeing yang menjadi primadonanya adalah Boeing 737. Hingga saat ini Boeing telah merilis kelompok seri yang terbaru yaitu Boeing 737 MAX.

Boeing 737 MAX adalah sebuah keluarga baru pesawat penumpang sipil yang sedang dikembangkan oleh Boeing untuk menggantikan keluarga Boeing 737 Next Generation. Perubahan utama adalah penggunaan mesin yang lebih besar dan lebih efisien yaitu mesin CFM LEAP-1B Internasional. Badan pesawat juga menerima beberapa modifikasi. 737 MAX Pengiriman pertama dijadwalkan pada 2017.

Boeing 737 MAX dirancang untuk menawarkan fleksibilitas, keandalan, dan efisiensi terbesar. Dalam laman Boeing 737 MAX, menyebutkan bahwa pesawat ini merupakan hasil inovasi luar biasa untuk menyuguhkan keindahan interior dan eksterior pesawat. Pada awal rilisnya pesawat ini menorehkan sejarah penjualan pesawat terbesar sepanjang sejarah Boeing 737 dan mengalahkan rivalnya Airbus A320.

Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS)

MCAS merupakan perangkat yang berfungsi sebagai stabilizer pesawat secara vertikal. Perangkat ini membantu pilot ketika terjadi gerakan pitch (dongakan hidung pesawat), yang terlalau tinggi sehingga pilot dapat menurunkan hidung pesawat dengan mudah. Kondisi ini terjadi ketika Angle of Attack terlalu besar saat terbang manual karena Angle of attack yang terlalu besar inilah yang berisiko membuat pesawat stall

Pertama kali-nya teknologi ini diperkenalkan adalah melalui penggunaannya pada paesawat Boeing 737 MAX. Hal ini bermula dari adanya teknologi mesin terbang pesawat efisien bernama CMF LEAP-1B. Mesin ini menawarkan efisiensi hingga 15% konsumsi bahan bakar pesawat lebih rendah dari mesin terbang pada kala itu. Dengan adanya mesin itu perusahaan pesawat terbang berlomba-lomba untuk memasang mesin tersebut ke pesawat primadona mereka.

Airbus merupakan perusahaan pertama yang menawarkan pesawat terbang dengan teknologi CMF LEAP-1B pada pesawat seri Airbus A320 NEO. Melihat keberhasilan rivalnya tersebut, Boeing berusaha memasangi pesawat Boeing 737 mereka dengan teknologi mesin efisien ini sehingga rilislah seri Boeing 737 MAX. Namun, masalah muncul karena pemasangan mesin yang tidak sesuai (lebih maju pada sayap) untuk menyesuaikan tinggi pesawat Boeing 737 yang tidak mumpuni dengan mesin turbo CMF (yang lebih besar) membuatnya sering mengalami pitch up yang ekstrim ketika take-off.

Untuk menhindari Angle of Attack terlalu besar saat terbang pada Boeing 37 MAX, maka diciptakanlah teknologi MCAS ini. Sehingga harapannya pesawat dapat lebih stabil dan pilot dapat lebih mudah mengontrol pitching yang terjadi pada pesawat ketika take-off ataupun on-fly.

Kecelakaan Boeing 737 MAX karena MCAS

Kecelakaan Boeing 737 MAX terjadi 2 kali dengan penyebab yang sama, di Indonesia dan Ethiopia. Kecelakaan di Indonesia terjadi pada Tanggal 29 Oktober 2018 dengan maskapai penerbangan Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang. Kecelakaan tersebut menelan korban jiwa hingga 189 orang. Sedari kecelakaan pertama dan setelah ditemukannya Black-Box pihak Boeing telah mengonfirmasi bahwa memang ada sistem yang baru diterapkan pada pesawat seri ini yaitu MCAS. Namun pihak Boeing belum belajar dari kesalahan atas tidak dicantumkannya MCAS dalam manual pesawat ini.

Kecelakaan kedua terjadi pada Tanggal 10 Maret 2019 dengan maskapai penerbangan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang. Dari kedua kecelakaan ini, penyebabnya adalah sama yaitu kegagalan sistem dari MCAS yang sulit untuk dikontrol. Ketidakstabilan sistem ini membuat pesawat menentukan arah krisisnya sendiri dan pilot kesulitan untuk memberikan feedback dan mematikan sistemnya. Dari kedua kecelakaan ini, berikut adalah rincian penyebabnya:

  • Ketidaksiapan desain (dimana seharusnya MCAS dapat mematikan dirinya sendiri apabila dioverride oleh pilot, akan tetapi sistem MCAS sangat susah untuk dilakukan override). Ketidaksiapan desain ini kurangnya perkiraan beberapa scenario yang dapat muncul dan MCAS seharusnya sistem menggunakan dua sensor namun dipangkas menjadi satu yaitu the-angle-of-attack sensor. Sehingga jika terjadi malfungsi maka teknologi MCAS akan membaca data yang salah dan dapat mengakibatkan kecelakaan karena tidak dapat switch otomatis ke sensor lainnya. Selain itu, Pada suatu perhitungan apabila sistem MCAS ini mengalami kendala maka pilot hanya diberikan waktu 10 detik untuk memulihkan atau mematikan sistem demi menyelamatkan pesawat, apabila lebih dari itu maka pesawat dipastikan akan kecelakaan.
  • Kelemahan sistem baru (Maneuvering Characteristics Augmentation System) yang dirahasiakan kepada pihak FAA sehingga tidak terdapat pengujian lebih lanjut untuk memastikan keamananan(tidak terjadi pemenuhan Policy & Regulatory), kemudian diperparah dengan peniadaan pelatihan kepada pilot agar biaya pengeluran menurun dan dapat segera dipasarkan (tidak terjadi pemenuhan Training & Documentation dan Usability).
  • Proses pengujian cukup tergesa-gesa dikarenakan desakan kepentingan bisnis sehingga evaluasi tidak maksimal.

Identifikasi Requirements MCAS

FunctionalNon-Functional
 Mampu menurunkan hidung pesawat dengan cara mengatur roda penyesuaian (trim) agar horizontal stabilizer (sayap kecil di ekor pesawat) berputar ke atas untuk mengurangi risiko stalling
 Mampu otomatis aktif apabila angle of attack besar, flap (sirip tambahan di sayap) tidak menjulur keluar, dan berbelok terlalu tajam,
– Dapat melakukan deaktivasi saat dioverride dengan manual trim, atau angle of attack mengecil
 Critical failure time MCAS sangat minim dan operasi dari penggunaan MCAS harus stabil.  (Reliability)
• Pilot harus memahami sistem control MCAS agar dapat menangani apabila terjadi error dan mengerti akar masalahnya (Usability)
• Otomatis dan 24/7 tersedia (Availability)
• Pilot yang akan mengoperasikan pesawat memerlukan pelatihan agar memahami sistem (Training & Documentation)
• Sesuai dengan regulatory dari FAA (Federal Aviation Administration) (Policy & Regulatory)

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai